BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kritisisme.
Adanya kekeliruan
dan pertentangan–pertentangan mengenai bermacam-macam ajaran, memaksa kita
untuk mempertanggung jawabkan pengetahuan kita. System yang mencoba untu memepertanggung
jawabkan pengetahuan kita itu dinamakan dengan kritika atau kritisisme.
Kritisisme
berasal dari kata kritika yang merupakan
kata kerja dari krinein yang atinya
memeriksa dengan teliti, menguji, membeda-mbedakan. Adapun pengetian
yang lebih lengkap adalah penetahuan yang memeriksa dengan teliti , apakah
pengetahuan kita itu sesuai dengan realita dan bagaimanakah kesesuainya dengan
kehidupan kita.[1]
Selain itu
kritisime juga diartikan sebagai pembelajaran yang menyelidiki batasan-batsan
kemampuan rasio sebagai sumber pengetahuan manusia. keseluruhan pengertian
tersebut adalah hasil dari buah pemikiran seorang filsuft terkenal yang bernama
Immanuel kant (1724-1804). Gagasan ini muncul dari benak Immanuel kant karena
adanya pertanyaan-pertanyaan mendasar yang timbul pada pikiran Immanuel kant,
pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah :
·
Apa
yang dapat saya ketahui?
·
Apa
yang harus saya lakukan?
·
Apa
yang boleh saya harapkan?
Dari
pengertian-pengertian diatas oleh karena itu, corak kritisisme sangatsangat
berbeda dengan corak filsafat modern sebelumnya yang mempercayai kemampuan
rasio secara mutlak.[2]
B.
Cirri-Ciri Kritisisme & Riwayat
Hidup Immanuel Kant.
Setiap pemikiran atau gerakan pasti
mempunyai ciri-ciri yang mendasar yang melekat pada sebuah pemikiran, begitu
juga kritisisme yang mempunyai cirri-ciri yang dapat disimpulkan kedalam tiga
hal :
Ø Menganggap bahwa obyek pengenalan itu
berpusat pada subjek dan bukan pada objek.
Ø Menegaskan keterbatasan kemampuan rasio
manusia untuk mengetahui realitas atau hakikat sesuatu; karena rasio hanyalah
mampu menjangkau gejalanya atau fenomenanya saja.
Ø Menjelaskan bahwa pengenalan manusia
atas semua sesuatu itu diperoleh atas perpaduan antara peranan unsur anaximenes
priori yang berasal dari rasio serta berupa Ruang dan waktu dan peranan unsur
aposteriori yang berasal dari pengalamn yang berupa materi.[3]
Sebelum kita memasuki pemikiran Emmanuel kant lebih
mendalam akan lebih baik jika kita mengenalnya terlebih dahulu.
@ Riwayat
hidup Emmanuel kant.
Emmanuel
kant lahir di konigsreg, perusia timur, jerman. Pada tahun 1724 Masehi. Kant
adalah orang yang hidupnya teratur, ia hidup dengan displin dan tenag, pada
tahun 1740 ia belajar di universitas konigsbreg. Antara tahun 1755 hingga tahun
1770 ia memeberikan kuliah sebagai dosen prive (tamu0, sebagai dosen tamu
kuliahnya menarik karena ia mengajak mahasiswa untuk berpikir sendiri, dan sejak
tahun 1770 ia menjabat sebagai guru besar di universitas konigsbreg.
Dalam kehidupanya kant mengalami tiga periode yaitu
:
1. Periode rasionalist, dimana ia melaksanakan
ilmu alam dan filsafat alam menurut gaya newton dan wolf, periode ini berakhir
pada tahun 1755.
2. Periode dimana ia banyak dipengaruhi
oleh hume, setelah karya hume di terjemahkan ke dalam bahsa jerman, pada masa
ini ia berorientasi skeptic tentang pengetahuan filosofis.
3. Periode kritis dimana ia mendapat
penerangan besar tentang nilai-nilai hokum ilmiah, dengan konsekuensinya. Dan
periode ini menjadi periode yang besar dalam hidupnya karena ia banyak
menerbitkan buku- buku karyanya.Diantaranya : kritik der reinen vernunft. Dan
periode ini dimulai pada tahun 1770.[4]
C.
Metode – Metode Emmanuel Kant.
Pada periode kritis, kant menerima
sebagai titik tolak bahwa ada pengertian tertentu yang obyektif. Metodenya
merupakan analisa kriteriologis mengenai titik pangkal itu. Analisa itu
dibedakan kedalam beberapa macam yaitu :
·
Analisa
psikologis : yaitu penelitian proses atau jalan yang factual. Yang didapat dari daya-daya dan
potensi-potensi yang main peranan.dengan
memperhatikan peningkatan taraf kegiatan, inferensi, asosiasi, proses belajar
dan sebagainya.
·
Analisa
logis : dengan cara meneliti hubungan antara unsur-unsur isi pengertiansatu
sama lain.
·
Analisa
ontologis : yaitu analisa yang meneliti realitas subyek dan realitas objek
menurut adanya dan hubungan keduanya
yang riil (kausalitas).
·
Analisa
kriteriologis : yaitu analisa yang hanya menyelidiki relasi formal antara
kegiatan subjek sejauh ia mengartikan dan menilai hal tertentu, dan objek
sejauh itu merupakan fenomin yang ditanggapi. Jadi obyek dan kegiatan subyek
hanya diambil dalam kebersamaan dan relasinya. Kemudian dicari syarat-syarat
manakah yang minimal harus dipenuhi pada pihak subyek.
@Titik pangkal metodis
Emmanuel kant.
a.
Keragu-raguan.
Kant memulai dengan meragu-ragukan
kemungkinan dan kompetensi metafisik. Sebab menurut dia metafisik tidak pernah
menemukan metode ilmiah yang pasti, untuk memecahkan problemnya.
b.
Macam pengertian.
Filsuf-filsuf sebelum kant, menempatkan
ke-tidak-benaran dalam konsep yang tunggal. Akan tetapi kant meletakkanya dalam
pernyataan atau keputusan lengkap. Ia membedakan dua pengertian yaitu :
1. Pengertian analitis.
Pengertian yang
selau apriori, yang di tuangkan dalam ilmu pasti.
Sifat apariori :
®
Predikat
sudah termuat dalam konsep subyek.
®
Tidak
dengan sendirinya mengenai kenyataan.
®
Tidak
memberikan pengertian baru.
2. Pengertian sintetis.
Sifat sintetis :
®
Relasi
subyek dan predikat tidak bedasarkan obyek riil.
®
Memberikan
pengertian baru.
Ø Sintetis terbagi dalam dua macam yaitu :
v Aposteriori.
Missal : saya merasakan
panas.
Sifatnya :
®
Bukan
universal melainkan singular.
®
Dasar
kebenaran ialah pengalaman subyektif.
v Apriori.
Missal : hokum
umum seperti air mendidih pada suhu 100oC. bumi berputa pada
porosnya.
Sifatnya :
®
Pengertian
umum-universal.
®
Selalu
pasti.
c.
Pertanyaan metodis.
Kant menerima nilai obyektif dari
ilmu-ilmu positif, sebab mereka menghasilkan kemajuan hidup sehari-hariselain
itu ia juga menerima nilai obyektif dari agama dan moral,sebab mereka
memberikan kemajuan dan kebahagiaan. Pengertian itu semua sintetis apriori.
Maka timbulah petanyaan : dasar obyektifitas pengertian semacam itu apa? Sudah
jelas bahwa dasarnya ukan empiris itulah yang akan diteliti oleh Emmanuel kant.[5]
D.
Tujuan Filsafat Emmanuel Kant.
Setiap pemikiran yang dicetuskan oleh
seseorang pasti mempunyai tujuan, tidak beda dengan Emmanuel kant, yang dari
filsafatnya ia bermaksud memugar sifat objektifitas dunia ilmu pengetahuan.
Agar maksud itu terlaksana maka, orang harus menghindarkan diri dari sifat
sepihak dengan rasionalis dan sifat sepihak dengan empirisme.
Rasionlais mengiratelah mengira bahwa
telah menemukan kunci bagi pembukaan realitas pada diri subyeknya, lepas atau
tanpa pengalaman (empirisme). Sementara empirisme mengira telah memperoleh
pengetahuan dari pengalaman saja, dan tanpa akal (rasio).ternyata bahwa
empirisme, sekalipun juga dimulai dengan ajaran yang murni tentang pengalaman,
tetapi melalui idelaisme subyektif bermuara pada suatu skeptisme yang radikal.
Nah, melalui pemikiranya kant bermaksud
mengadakan penelitian yang kritis terhadap rasio murni. Menurut Hume, ada
jurang lebar antara kebenaran-kebenaran rasio murni dengan realitas dalam
dirinya sendiri. Akan tetapi menurut kant, syarat dasar ilmu pengetahuan adalah
;
a. Bersifat umum dan mutlak
b. Member pengetahuan yang baru.[6]
Selain itu melalui filsafatnya kant
juga ingin mengakhiri peperangan pendapat antara kaum rasionalisme dengan kaum
empirisme, dan memimpikan tentang perdamaian yang abadi.[7]
E.
Kritik-Kritik Emmanuel Kant.
Kritik-kritik
Emmanuel kant diantaranya adalah:
1.
Kritik atas rasio murni.
Kritisisme dapat dianggap sebagai
suatu usaha raksasa untuk mendamaikan dua kubu yang saling berseteru yakni kubu
rasionalisme dan kubu empirisme. Kubu rasionalisme yang mementingkan insur a
priori dalam pengenalan, atau unsure-unsur yang terlepas dari pengalaman
(empirisme). Sedangkan kubu empirisme yang menekankan unsure-unsur aposteriori,
atau yang berarti unsure yang berasal dari pengalaman.
Menurut kant, baik rasionalisme
maupun empirisme kedua-duanya berat sebelah, maka dari itu kant berusaha
menjelaskan bahwa pengalaman manusia merupakan paduan antara sintesa
unsure-unsur apriori dengan unsure-unsur apesteriori. Walaupun kant sangat
mengagumi empirisme hume, akan tetapi ia menolak skeptisme yang dianut hume,
dengan begitu dapat ditarik kesimulan ilmu pengetahuan tidak dapat mencapai
suatu kepastian.[8]
Dalam kritik ini kant menunjukan tiga bidang sebagai
tahapan yang harus dilalui :
a.
Tahap bidang indrawi.
Dalam
tahap ini peranan subjek lebih menonjol dari pada obyek, namun harus ada dua
bentuk murni yaitu : “ruang dan waktu” yang dapat diterapkan dalam pengalaman.
Hasil penerpan indrawi yang dikaitkan
dalam bentuk “ruang dan waktu” merupakan fenomena konkrit. Namun pengetahuan
yang diperoleh dalam bidang indrawi ini selalu berubah-ubah tergantung pada
subyek yang mengalami.
b.
Tahap bidang akal.
Dalam tahap yang ini apa yang
diperoleh melalui bidang indrawi tersebut digunakan untuk memperoleh
pengetahuan yang bersifat obyektif-universal. Dan haruslah dituangkan kedalam
bidang akal.
Di sini
terkandung empat bentuk kategori dan masing-masing kategori terdiri atas tiga
jenis yaitu :
Ø Kategori
kuantitas.
Kategori
yang terdiri atas : singular (kesatuan), partikulir ( sebagian), dan universal
(umum).
Ø Kategori
kualitas.
Kategori
kualitas adlah kategori yang terdiri atas : realita (kenyataan), negasi
(pengingkaran), dan limitasi (batas-batas).
Ø Kategori
relasi.
Kategori
yang terdiri atas : categories (tidak bersyarat), hypotetis (sebab dan akibat),
dan dis junctif (saling meniadakan).
Ø Kategori
modalias.
Kategori
yang terdiri dari : mungkin/tidak, ada/tiada, dan keperluan/kebetulan.
c.
Tahap bidang rasio.
Dalam tahap ini pengetahuan yang
diperoleh dalam bidang akal (rasio) itu baru dapat dikatakan putusan sintetik
apriori, setelah dikaitkan dalam tiga macam ide yaitu :
®
Allah
(ide theologis0
®
Jiwa
(ide psikologis0
®
Dunia
(ide kosmologis)
Namun ketiga
macam ide tersebut tidak mungkin dicapai oleh akal fikir manusia, karena ketiga
ide ini hanya merupakan petunjuk untuk menciptakan kesatuan pengetahuan.[9]
2.
Kritik atas rasio praktis.
Rasio dapat
menjalankan ilmu pengetahuan, sehingga rasio disebut dengan rasio teoritis
(rasio murni). Akan tetapi disamping rasio murni terdapat rasio yang lain yang
disebut dengan rasio praktis, yaitu rasio yang mengatakan apa yang harus kita
lakukan, atau dengan kata lain, rasio yang member perintah pada kehendak kita.
Kant menyebutkan
bahwa rasio praktis dapat memberikan perintah yang mutlak yang disebut dengan
imperative kategori. Misalnya : kita meminjam barang, maka kita harus mengembalikan..
selain itu rasio praktis juga dapat berupa pernyataan negative berupa larangan,
seperti jangan mencuri.
Kant beranggapan
bahwa ada tiga hal yang harus disadari bahwa sebaik-baiknya bahwa ketiga hal
itu dibuktikan, hanya dituntut. Itulah sebabnya kant menyebutkan ketiga
postulat dari rasio praktis. Ketiga postulat yang dimaksud adalah :
Kebebasan
kehendak.
Immoralitas
jiwa.
Adanya allah
(tuhan).
Jadi apa yang
tidak dapat ditemui pada rasio teoritis harus diandaikan atas rsio praktis.
Tetapi tentang kebebasan kehendak, immoralitas jiwa, dan adanya allah kita
semua tidak mempunyai pengetahuan teoritis. Karena menerima ketiga postulat
tersebut oleh kant dinamakan kepercayaan (glaube).
3.
Kritik atas daya pertimbangan.
Sebagai
konsekuensi dari adanya “kritik atas rasio murni dan kritik atas rasio praktis”
adalah munculnya dua lapangan tersendiri, yaitu :lapangan keperluan mutlak
dibidang alam dan lapangan kebebasan didalam tingkah laku manusia.
Maksud dari
kritik atas daya pertimbangan adalah mengerti kedua persesuaian kedua lapangan
ini. Hal ini terjadi dengan menggunakan konsep finalitas (tujuan). Finalitas
berarti subjektif dan objektif, apabila finalitas bersifat subjektif maka,
manusia mengarahkan obyek pada diri manusia itu sendiri, inilah yang terjadi dalam
pengenalan estetis (seni). Apabila finalitas bersifat obyektif maka dimaksudkan
supaya keselarasan satu sama lain dari benda-benda alam.[10]
BAB III
KESIMPULAN.
Kritisisme berasal dari kata
kritika yang merupakan kata kerja dari
krinein yang atinya memeriksa dengan teliti,
menguji, membeda-mbedakan. Selain itu kritisime juga diartikan sebagai
pembelajaran yang menyelidiki batasan-batsan kemampuan rasio sebagai sumber
pengetahuan manusia. keseluruhan pengertian tersebut adalah hasil dari buah
pemikiran seorang filsuft terkenal yang bernama Immanuel kant (1724-1804).
CIRI-CIRI KRITISISME.
Ø Menganggap bahwa obyek pengenalan itu
berpusat pada subjek dan bukan pada objek.
Ø Menegaskan keterbatasan kemampuan rasio
manusia untuk mengetahui realitas atau hakikat sesuatu; karena rasio hanyalah
mampu menjangkau gejalanya atau fenomenanya saja.
Ø Menjelaskan bahwa pengenalan manusia
atas semua sesuatu itu diperoleh atas perpaduan antara peranan unsur anaximenes
priori yang berasal dari rasio serta berupa Ruang dan waktu dan peranan unsur
aposteriori yang berasal dari pengalamn yang berupa materi.
METODE-METODE
KANT.
Metodenya
merupakan analisa kriteriologis mengenai titik pangkal itu. Analisa itu
dibedakan kedalam beberapa macam yaitu :
·
Analisa
psikologis
·
Analisa
logis
·
Analisa
kriteriologis
·
Analisa
ontologis
TITIK PANGKAL METODIS KANT.
a.
Keragu-raguan.
Kant memulai dengan meragu-ragukan kemungkinan dan
kompetensi metafisik
b.
Macam pengertian.
Ia membedakan dua pengertian yaitu
1.
Pengertian
analitis
2. Pengertian sintetis.
Sintetis terbagi dalam dua macam yaitu
v Aposteriori.
v Apriori.
c.
Pertanyaan metodis.
Kant
menerima nilai obyektif dari ilmu-ilmu positif, sebab mereka menghasilkan
kemajuan hidup sehari-hari
TUJUAN
FILSAFAT KANT.
Emmanuel kant melalui filsafatnya ia bermaksud
memugar sifat objektifitas dunia ilmu pengetahuan. Agar maksud itu terlaksana
maka, orang harus menghindarkan diri dari sifat sepihak dengan rasionalis dan
sifat sepihak dengan empirisme.
Selain itu melalui filsafatnya kant juga ingin
mengakhiri peperangan pendapat antara kaum rasionalisme dengan kaum empirisme,
dan memimpikan tentang perdamaian yang abadi.
KRITIK-KRITIK
KANT.
1. Kritik
atas rasio murni.
Kritisisme dapat dianggap sebagai
suatu usaha raksasa untuk mendamaikan dua kubu yang saling berseteru yakni kubu
rasionalisme dan kubu empirisme
2. Kritik
atas rasio praktis.
rasio
praktis, yaitu rasio yang mengatakan apa yang harus kita lakukan, atau dengan
kata lain, rasio yang member perintah pada kehendak kita.
3. Kritik
atas daya pertimbangan.
kritik
atas daya pertimbangan adalah mengerti kedua persesuaian kedua lapangan ini.
Hal ini terjadi dengan menggunakan konsep finalitas (tujuan).
[1] Soedomo hadi. Logika filsafat
berpikir. Sebelas maret university press. Halaman : 103
[2] Prof.dr.juhaya s. praja. Aliran-aliran filsafat dan etika. Prenada
media. Halaman :114
[3] Prof.dr.juhaya s. praja. Aliran-aliran filsafat dan etika. Prenada
media halaman : 114
[4] Dr. anton bakker. Metode-metode filsafat, ghalia Indonesia halaman
: 87
[5] Dr. anton bakker. Metode-metode filsafat, ghalia Indonesia halaman
: 88-90
[6] Prof.dr.juhaya s. praja. Aliran-aliran filsafat dan etika. Prenada
media halaman : 116
[7] Van der weij. Filsuf-filsuf besar tentang manusia. gramedia pustaka
utama, halaman :89.
[8] Prof.dr.juhaya s. praja. Aliran-aliran filsafat dan etika. Prenada
media halaman : 116-117
[9] Drs. Rizal Mustansyir, filsafat analitik, rajawali press. Halaman :
29-30
[10] Prof.dr.juhaya s. praja. Aliran-aliran filsafat dan etika. Prenada
media halaman : 121-123