Jumat, 30 November 2012

KRITISISME IMMANUEL KANT


BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Kritisisme.
Adanya kekeliruan dan pertentangan–pertentangan mengenai bermacam-macam ajaran, memaksa kita untuk mempertanggung jawabkan pengetahuan kita. System yang mencoba untu memepertanggung jawabkan pengetahuan kita itu dinamakan dengan kritika atau kritisisme.
Kritisisme berasal dari kata kritika  yang merupakan kata kerja dari krinein yang atinya  memeriksa dengan teliti, menguji, membeda-mbedakan. Adapun pengetian yang lebih lengkap adalah penetahuan yang memeriksa dengan teliti , apakah pengetahuan kita itu sesuai dengan realita dan bagaimanakah kesesuainya dengan kehidupan kita.[1]
Selain itu kritisime juga diartikan sebagai pembelajaran yang menyelidiki batasan-batsan kemampuan rasio sebagai sumber pengetahuan manusia. keseluruhan pengertian tersebut adalah hasil dari buah pemikiran seorang filsuft terkenal yang bernama Immanuel kant (1724-1804). Gagasan ini muncul dari benak Immanuel kant karena adanya pertanyaan-pertanyaan mendasar yang timbul pada pikiran Immanuel kant, pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah :
·         Apa yang dapat saya ketahui?
·         Apa yang harus saya lakukan?
·         Apa yang boleh saya harapkan?

Dari pengertian-pengertian diatas oleh karena itu, corak kritisisme sangatsangat berbeda dengan corak filsafat modern sebelumnya yang mempercayai kemampuan rasio secara mutlak.[2]

B.  Cirri-Ciri Kritisisme & Riwayat Hidup Immanuel Kant.
        Setiap pemikiran atau gerakan pasti mempunyai ciri-ciri yang mendasar yang melekat pada sebuah pemikiran, begitu juga kritisisme yang mempunyai cirri-ciri yang dapat disimpulkan kedalam tiga hal :
Ø  Menganggap bahwa obyek pengenalan itu berpusat pada subjek dan bukan pada objek.
Ø  Menegaskan keterbatasan kemampuan rasio manusia untuk mengetahui realitas atau hakikat sesuatu; karena rasio hanyalah mampu menjangkau gejalanya atau fenomenanya saja.
Ø  Menjelaskan bahwa pengenalan manusia atas semua sesuatu itu diperoleh atas perpaduan antara peranan unsur anaximenes priori yang berasal dari rasio serta berupa Ruang dan waktu dan peranan unsur aposteriori yang berasal dari pengalamn yang berupa materi.[3]
Sebelum kita memasuki pemikiran Emmanuel kant lebih mendalam akan lebih baik jika kita mengenalnya terlebih dahulu.
@  Riwayat hidup Emmanuel kant.
              Emmanuel kant lahir di konigsreg, perusia timur, jerman. Pada tahun 1724 Masehi. Kant adalah orang yang hidupnya teratur, ia hidup dengan displin dan tenag, pada tahun 1740 ia belajar di universitas konigsbreg. Antara tahun 1755 hingga tahun 1770 ia memeberikan kuliah sebagai dosen prive (tamu0, sebagai dosen tamu kuliahnya menarik karena ia mengajak mahasiswa untuk berpikir sendiri, dan sejak tahun 1770 ia menjabat sebagai guru besar di universitas konigsbreg.
Dalam kehidupanya kant mengalami tiga periode yaitu :
1.      Periode rasionalist, dimana ia melaksanakan ilmu alam dan filsafat alam menurut gaya newton dan wolf, periode ini berakhir pada tahun 1755.
2.      Periode dimana ia banyak dipengaruhi oleh hume, setelah karya hume di terjemahkan ke dalam bahsa jerman, pada masa ini ia berorientasi skeptic tentang pengetahuan filosofis.
3.      Periode kritis dimana ia mendapat penerangan besar tentang nilai-nilai hokum ilmiah, dengan konsekuensinya. Dan periode ini menjadi periode yang besar dalam hidupnya karena ia banyak menerbitkan buku- buku karyanya.Diantaranya : kritik der reinen vernunft. Dan periode ini dimulai pada tahun 1770.[4]
C.  Metode –  Metode Emmanuel Kant.
           Pada periode kritis, kant menerima sebagai titik tolak bahwa ada pengertian tertentu yang obyektif. Metodenya merupakan analisa kriteriologis mengenai titik pangkal itu. Analisa itu dibedakan kedalam beberapa macam yaitu :
·         Analisa psikologis : yaitu penelitian proses atau jalan yang factual.  Yang didapat dari daya-daya dan potensi-potensi  yang main peranan.dengan memperhatikan peningkatan taraf kegiatan, inferensi, asosiasi, proses belajar dan sebagainya.
·         Analisa logis : dengan cara meneliti hubungan antara unsur-unsur isi pengertiansatu sama lain.
·         Analisa ontologis : yaitu analisa yang meneliti realitas subyek dan realitas objek menurut adanya  dan hubungan keduanya yang riil (kausalitas).
·         Analisa kriteriologis : yaitu analisa yang hanya menyelidiki relasi formal antara kegiatan subjek sejauh ia mengartikan dan menilai hal tertentu, dan objek sejauh itu merupakan fenomin yang ditanggapi. Jadi obyek dan kegiatan subyek hanya diambil dalam kebersamaan dan relasinya. Kemudian dicari syarat-syarat manakah yang minimal harus dipenuhi pada pihak subyek.
@Titik pangkal metodis Emmanuel kant.
a.      Keragu-raguan.
         Kant memulai dengan meragu-ragukan kemungkinan dan kompetensi metafisik. Sebab menurut dia metafisik tidak pernah menemukan metode ilmiah yang pasti, untuk memecahkan problemnya.
b.      Macam pengertian.
        Filsuf-filsuf sebelum kant, menempatkan ke-tidak-benaran dalam konsep yang tunggal. Akan tetapi kant meletakkanya dalam pernyataan atau keputusan lengkap. Ia membedakan dua pengertian yaitu :
1.      Pengertian analitis.
Pengertian yang selau apriori, yang di tuangkan dalam ilmu pasti.
Sifat apariori :
®    Predikat sudah termuat dalam konsep subyek.
®    Tidak dengan sendirinya mengenai kenyataan.
®    Tidak memberikan pengertian baru.
2.      Pengertian sintetis.
Sifat sintetis :
®    Relasi subyek dan predikat tidak bedasarkan obyek riil.
®    Memberikan pengertian baru.
Ø  Sintetis terbagi dalam dua macam yaitu :
v  Aposteriori.
Missal : saya merasakan panas.
Sifatnya :
®    Bukan universal melainkan singular.
®    Dasar kebenaran ialah pengalaman subyektif.
v  Apriori.
Missal : hokum umum seperti air mendidih pada suhu 100oC. bumi berputa pada porosnya.
Sifatnya :
®    Pengertian umum-universal.
®    Selalu pasti.
c.       Pertanyaan metodis.
        Kant menerima nilai obyektif dari ilmu-ilmu positif, sebab mereka menghasilkan kemajuan hidup sehari-hariselain itu ia juga menerima nilai obyektif dari agama dan moral,sebab mereka memberikan kemajuan dan kebahagiaan. Pengertian itu semua sintetis apriori. Maka timbulah petanyaan : dasar obyektifitas pengertian semacam itu apa? Sudah jelas bahwa dasarnya ukan empiris itulah yang akan diteliti oleh Emmanuel kant.[5]
D.  Tujuan Filsafat Emmanuel Kant.
Setiap pemikiran yang dicetuskan oleh seseorang pasti mempunyai tujuan, tidak beda dengan Emmanuel kant, yang dari filsafatnya ia bermaksud memugar sifat objektifitas dunia ilmu pengetahuan. Agar maksud itu terlaksana maka, orang harus menghindarkan diri dari sifat sepihak dengan rasionalis dan sifat sepihak dengan empirisme.
Rasionlais mengiratelah mengira bahwa telah menemukan kunci bagi pembukaan realitas pada diri subyeknya, lepas atau tanpa pengalaman (empirisme). Sementara empirisme mengira telah memperoleh pengetahuan dari pengalaman saja, dan tanpa akal (rasio).ternyata bahwa empirisme, sekalipun juga dimulai dengan ajaran yang murni tentang pengalaman, tetapi melalui idelaisme subyektif bermuara pada suatu skeptisme yang radikal.
Nah, melalui pemikiranya kant bermaksud mengadakan penelitian yang kritis terhadap rasio murni. Menurut Hume, ada jurang lebar antara kebenaran-kebenaran rasio murni dengan realitas dalam dirinya sendiri. Akan tetapi menurut kant, syarat dasar ilmu pengetahuan adalah ;
a.       Bersifat umum dan mutlak
b.      Member pengetahuan yang baru.[6]
Selain itu melalui filsafatnya kant juga ingin mengakhiri peperangan pendapat antara kaum rasionalisme dengan kaum empirisme, dan memimpikan tentang perdamaian yang abadi.[7]
E.   Kritik-Kritik Emmanuel Kant.
Kritik-kritik Emmanuel kant diantaranya adalah:


1.      Kritik atas rasio murni.
          Kritisisme dapat dianggap sebagai suatu usaha raksasa untuk mendamaikan dua kubu yang saling berseteru yakni kubu rasionalisme dan kubu empirisme. Kubu rasionalisme yang mementingkan insur a priori dalam pengenalan, atau unsure-unsur yang terlepas dari pengalaman (empirisme). Sedangkan kubu empirisme yang menekankan unsure-unsur aposteriori, atau yang berarti unsure yang berasal dari pengalaman.
             Menurut kant, baik rasionalisme maupun empirisme kedua-duanya berat sebelah, maka dari itu kant berusaha menjelaskan bahwa pengalaman manusia merupakan paduan antara sintesa unsure-unsur apriori dengan unsure-unsur apesteriori. Walaupun kant sangat mengagumi empirisme hume, akan tetapi ia menolak skeptisme yang dianut hume, dengan begitu dapat ditarik kesimulan ilmu pengetahuan tidak dapat mencapai suatu kepastian.[8]
Dalam kritik ini kant menunjukan tiga bidang sebagai tahapan yang harus dilalui :
a.      Tahap bidang indrawi.
        Dalam tahap ini peranan subjek lebih menonjol dari pada obyek, namun harus ada dua bentuk murni yaitu : “ruang dan waktu” yang dapat diterapkan dalam pengalaman.
         Hasil penerpan indrawi yang dikaitkan dalam bentuk “ruang dan waktu” merupakan fenomena konkrit. Namun pengetahuan yang diperoleh dalam bidang indrawi ini selalu berubah-ubah tergantung pada subyek yang mengalami.
b.      Tahap bidang akal.
           Dalam tahap yang ini apa yang diperoleh melalui bidang indrawi tersebut digunakan untuk memperoleh pengetahuan yang bersifat obyektif-universal. Dan haruslah dituangkan kedalam bidang akal.
Di sini terkandung empat bentuk kategori dan masing-masing kategori terdiri atas tiga jenis yaitu :



Ø  Kategori kuantitas.
   Kategori yang terdiri atas : singular (kesatuan), partikulir ( sebagian), dan universal (umum).
Ø  Kategori kualitas.
      Kategori kualitas adlah kategori yang terdiri atas : realita (kenyataan), negasi (pengingkaran), dan limitasi (batas-batas).

Ø  Kategori relasi.
      Kategori yang terdiri atas : categories (tidak bersyarat), hypotetis (sebab dan akibat), dan dis junctif (saling meniadakan).
Ø  Kategori modalias.
       Kategori yang terdiri dari : mungkin/tidak, ada/tiada, dan keperluan/kebetulan.
c.       Tahap bidang rasio.
       Dalam tahap ini pengetahuan yang diperoleh dalam bidang akal (rasio) itu baru dapat dikatakan putusan sintetik apriori, setelah dikaitkan dalam tiga macam ide yaitu :
®    Allah (ide theologis0
®    Jiwa (ide psikologis0
®    Dunia (ide kosmologis)
Namun ketiga macam ide tersebut tidak mungkin dicapai oleh akal fikir manusia, karena ketiga ide ini hanya merupakan petunjuk untuk menciptakan kesatuan pengetahuan.[9]
2.      Kritik atas rasio praktis.
Rasio dapat menjalankan ilmu pengetahuan, sehingga rasio disebut dengan rasio teoritis (rasio murni). Akan tetapi disamping rasio murni terdapat rasio yang lain yang disebut dengan rasio praktis, yaitu rasio yang mengatakan apa yang harus kita lakukan, atau dengan kata lain, rasio yang member perintah pada kehendak kita.
Kant menyebutkan bahwa rasio praktis dapat memberikan perintah yang mutlak yang disebut dengan imperative kategori. Misalnya : kita meminjam barang, maka kita harus mengembalikan.. selain itu rasio praktis juga dapat berupa pernyataan negative berupa larangan, seperti jangan mencuri.
Kant beranggapan bahwa ada tiga hal yang harus disadari bahwa sebaik-baiknya bahwa ketiga hal itu dibuktikan, hanya dituntut. Itulah sebabnya kant menyebutkan ketiga postulat dari rasio praktis. Ketiga postulat yang dimaksud adalah :
Kebebasan kehendak.
Immoralitas jiwa.
Adanya allah (tuhan).
Jadi apa yang tidak dapat ditemui pada rasio teoritis harus diandaikan atas rsio praktis. Tetapi tentang kebebasan kehendak, immoralitas jiwa, dan adanya allah kita semua tidak mempunyai pengetahuan teoritis. Karena menerima ketiga postulat tersebut oleh kant dinamakan kepercayaan (glaube).
3.      Kritik atas daya pertimbangan.
Sebagai konsekuensi dari adanya “kritik atas rasio murni dan kritik atas rasio praktis” adalah munculnya dua lapangan tersendiri, yaitu :lapangan keperluan mutlak dibidang alam dan lapangan kebebasan didalam tingkah laku manusia.
Maksud dari kritik atas daya pertimbangan adalah mengerti kedua persesuaian kedua lapangan ini. Hal ini terjadi dengan menggunakan konsep finalitas (tujuan). Finalitas berarti subjektif dan objektif, apabila finalitas bersifat subjektif maka, manusia mengarahkan obyek pada diri manusia itu sendiri, inilah yang terjadi dalam pengenalan estetis (seni). Apabila finalitas bersifat obyektif maka dimaksudkan supaya keselarasan satu sama lain dari benda-benda alam.[10]


BAB III
KESIMPULAN.
Kritisisme berasal dari kata kritika  yang merupakan kata kerja dari krinein yang atinya  memeriksa dengan teliti, menguji, membeda-mbedakan. Selain itu kritisime juga diartikan sebagai pembelajaran yang menyelidiki batasan-batsan kemampuan rasio sebagai sumber pengetahuan manusia. keseluruhan pengertian tersebut adalah hasil dari buah pemikiran seorang filsuft terkenal yang bernama Immanuel kant (1724-1804).
CIRI-CIRI KRITISISME.
Ø  Menganggap bahwa obyek pengenalan itu berpusat pada subjek dan bukan pada objek.
Ø  Menegaskan keterbatasan kemampuan rasio manusia untuk mengetahui realitas atau hakikat sesuatu; karena rasio hanyalah mampu menjangkau gejalanya atau fenomenanya saja.
Ø  Menjelaskan bahwa pengenalan manusia atas semua sesuatu itu diperoleh atas perpaduan antara peranan unsur anaximenes priori yang berasal dari rasio serta berupa Ruang dan waktu dan peranan unsur aposteriori yang berasal dari pengalamn yang berupa materi.
METODE-METODE KANT.
Metodenya merupakan analisa kriteriologis mengenai titik pangkal itu. Analisa itu dibedakan kedalam beberapa macam yaitu :
·         Analisa psikologis
·         Analisa logis
·         Analisa kriteriologis
·         Analisa ontologis
TITIK PANGKAL METODIS KANT.
a.      Keragu-raguan.
Kant memulai dengan meragu-ragukan kemungkinan dan kompetensi metafisik

b.      Macam pengertian.
Ia membedakan dua pengertian yaitu
1.      Pengertian analitis
2.      Pengertian sintetis.
Sintetis terbagi dalam dua macam yaitu
v  Aposteriori.
v  Apriori.
c.       Pertanyaan metodis.
Kant menerima nilai obyektif dari ilmu-ilmu positif, sebab mereka menghasilkan kemajuan hidup sehari-hari
TUJUAN FILSAFAT KANT.
Emmanuel kant melalui filsafatnya ia bermaksud memugar sifat objektifitas dunia ilmu pengetahuan. Agar maksud itu terlaksana maka, orang harus menghindarkan diri dari sifat sepihak dengan rasionalis dan sifat sepihak dengan empirisme.
Selain itu melalui filsafatnya kant juga ingin mengakhiri peperangan pendapat antara kaum rasionalisme dengan kaum empirisme, dan memimpikan tentang perdamaian yang abadi.
KRITIK-KRITIK KANT.
1.      Kritik atas rasio murni.
          Kritisisme dapat dianggap sebagai suatu usaha raksasa untuk mendamaikan dua kubu yang saling berseteru yakni kubu rasionalisme dan kubu empirisme
2.      Kritik atas rasio praktis.
rasio praktis, yaitu rasio yang mengatakan apa yang harus kita lakukan, atau dengan kata lain, rasio yang member perintah pada kehendak kita.
3.      Kritik atas daya pertimbangan.
kritik atas daya pertimbangan adalah mengerti kedua persesuaian kedua lapangan ini. Hal ini terjadi dengan menggunakan konsep finalitas (tujuan).
                                                                                                       


[1] Soedomo hadi. Logika filsafat berpikir. Sebelas maret university press. Halaman : 103
[2] Prof.dr.juhaya s. praja. Aliran-aliran filsafat dan etika. Prenada media. Halaman :114
[3] Prof.dr.juhaya s. praja. Aliran-aliran filsafat dan etika. Prenada media halaman : 114
[4] Dr. anton bakker. Metode-metode filsafat, ghalia Indonesia halaman : 87
[5] Dr. anton bakker. Metode-metode filsafat, ghalia Indonesia halaman : 88-90
[6] Prof.dr.juhaya s. praja. Aliran-aliran filsafat dan etika. Prenada media halaman : 116
[7] Van der weij. Filsuf-filsuf besar tentang manusia. gramedia pustaka utama, halaman :89.
[8] Prof.dr.juhaya s. praja. Aliran-aliran filsafat dan etika. Prenada media halaman : 116-117
[9] Drs. Rizal Mustansyir, filsafat analitik, rajawali press. Halaman : 29-30
[10] Prof.dr.juhaya s. praja. Aliran-aliran filsafat dan etika. Prenada media halaman : 121-123

Tidak ada komentar:

Posting Komentar