BAB I
PENDAHULUAN.
A.
Latar Belakang.
Masyarakat manusia terdiri dari beragam
kelompok-kelompok orang yang ciri-ciri pembedanya bisa berupa warna kulit,
tinggi badan, jenis kelamin, umur, tempat tinggal, kepercayaan agama atau
politik, pendapatan atau pendidikan. Pembedaan ini sering kali dilakukan bahkan
mungkin diperlukan.
Dalam kenyataan
kehidupan sehari-hari, kenyataan itu adalah ketidaksamaan. Pembedaan atau
ketidaksamaan anggota masyarakat ini dalam sosiologi dinamakan startifikasi
sosial. Seringkali dalam pengalaman sehari-hari kita melihat fenomena sosial
seperti seseorang yang tadinya mempunyai status tertentu di kemudian hari
memperoleh status yang lebih tinggi dari pada status sebelumnya. Hal demikian
disebut mobilitas sosial. Sistem Stratifikasi menuruf sifatnya dapat
digolongkan menjadi straifikasi terbuka dan stratifikasi tertutup, contoh yang
disebutkan diatas tadi merupakan contoh dari stratifikasi terbuka dimana
mobilitas sosial dimungkinkan.
Suatu sistem
stratifikasi dinamakan tertutup manakala setiap anggota masyarakat tetap pada
status yang sama dengan orang tuanya, sedangkan dinamakan terbuka karena setiap
anggota masyarakat menduduki status berbeda dengan orang tuanya, bisa lebih
tinggi atau lebih rendah. Mobilitas Sosial yang disebut tadi berarti perpindahan
status dalam stratifikasi sosial. Banyak sebab yang dapat memungkinkan individu
atau kelompok berpindah status, pendidikan dan pekerjaan misalnya adalah salah
satu faktor yang mungkin dapat meyebabkan perpindahan status ini.
BAB II
PEMBAHASAN.
A. Pengertian
Stratifikasi Sosial.
Masyarakat
manusia terdiri dari beragam kelompok-kelompok orang yang ciri-ciri pembedanya
bisa berupa warna kulit, tinggi badan, jenis kelamin, umur, tempat tinggal,
kepercayaan agama atau politik, pendapatan atau pendidikan. Pembeda atau
ketidaksamaan itu dalam ilmu sosiologi dinamakan dengan stratifikasi sosial
(social stratification). Lalu apa itu startifikasi sosial?
Menurut
soerjono
soekamto, stratifikasi adalah pembedaan posisi seseorang atau kelompok
dalam kedudukan yang berbeda-beda secara vertikal
Menurut
Pitrim
A Sorokin, stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau
masyarakat ke dalam kelas-kelas secara
bertingkat (hierarkis), yang perwujudanya adalah kelas-kelas tinggi dan
kelas-kelas rendah yang didalamnya tidak ada keseimbangan dalam pembagian hak, kwajiban, tanggung
jawab, dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.[1]
Menurut
Robert
M.Z. Lawang. Stratifikasi sosial adalah penggolongan orang-orang yang
termasuk dalam suatu system sosial tertentu kedalam lapisan-lapisan hierarkis,
menurut dimensi kekuasaan, privelese, dan prestise.[2]
B.
Sebab-Sebab
Terjadinya Stratifikasi Sosial
Penyebab dari adanya stratifikasi sosial adalah Karena Setiap
masyarakat mempunyai sesuatu yang dihargai, bisa berupa kepandaian, kekayaan,
kekuasaan, profesi, keaslian keanggotaan masyarakat dan sebagainya. Selama
manusia membeda-bedakan penghargaan terhadap sesuatu yang dimiliki tersebut,
pasti akan menimbulkan lapisan-lapisan dalam masyarakat. Semakin banyak kepemilikan,
kecakapan masyarakat/seseorang terhadap sesuatu yang dihargai, semakin tinggi
kedudukan atau lapisannya. Sebaliknya bagi mereka yang hanya mempunyai sedikit
atau bahkan tidak memiliki sama sekali, maka mereka mempunyai kedudukan dan
lapisan yang rendah
Secara teoritis, semua
manusia dapat dianggap sederajat. Akan tetapi, sesuai dengan kenyataan hidup
berkelompok-kelompok sosial, Pembedaan atas lapisan merupakan gejala universal
yang merupakan bagian sistem sosial setiap masyarakat. Untuk meneliti
terjadinya proses-proses lapisan masyarakat,pokok-pokok sebagai berikut dapat dijadikan
pedoman :
1. Sistem lapisan
mungkin berpokok pada sistem pertentangan dalam masyarakat.
2. Sistem lapisan
dapat dianalisis dalam ruang lingkup unsur-unsur antara lain:
a. Distribusi
hak-hak istimewa yang objektif seperti misalnya;penghasilan, kekayaan.
b. Sistem
pertanggaan yang diciptakan para warga masyarakat (prestise dan penghargaan)
c. Kriteria
sistem pertentangan, yaitu apakah didapat berdasarkan kualitas pribadi,
keanggotaan kelompok kerabat tertentu, milik wewenang atau kekuasaan.
d. Lambang-lambang
kedudukan, seperti tingkah laku hidup, cara berpakaian, pada suatu organisasi
e. Mudah
atau sukarnya bertukar kedudukan
f. Solidaritas
diantara individu-individu atau kelompok-kelompok yang menduduki kedududkan
yang sama dalam system sosial masyarakat seperti;
1) Pola-pola
interaksi-interaksi
2) Kesamaan atau
ketidaksamaan system kepercayaan, sikap dan nilai-nilai
3) Kesadaran akan
kedudukan masing-masing
4) Aktivitas
sebagai organ kolektif.[3]
C.
Proses Terbentuk Stratifikasi Sosial.
Dilihat dari
cara terbentuknya, pelapisan sosial di dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi
dua yakni :
a.
Pelapisan sosial yang terjadi dengan sendirinya, sesuai dengan
pertumbuhan masyarakat yang bersangkutan (otomatis)
Adalah
pelapisan sosial yang Terjadi secara otomatis, karena factor-faktor yang dibawa
individu sejak lahir. Misalnya : Kepandaian, usia, jenis kelamin, keturunan,
sifat keaslian keanggotaan seseorang dalam masyarakat.
Antara
satu masyarakat dengan masyarakat lain mempunyai alas an yang berbeda-beda
sebagai dasar pembentukan pelapisan sosialnya, misalnya: pada masyarakat yang
hidup berburu, maka yang dijadikan alas an utama adalah kepandaian berburu.
Sedangkan pada masyarakat yang menetap dan bercocok tanam maka para kerabat
dari pembuka tanah asli yang dianggap sebagai golongan yang lebih tinggi.[4]
b. Pelapisan sosial yang sengaja disusun.
Terjadinya dengan sengaja untuk tujuan bersama dilakukan
dalam pembagian kekuasaan dan wewenang yang resmi dalam organisasi-organisasi
formal untuk mengejar suatu tujuan tertentu, Seperti Pemerintah, Partai
politik, Perusahaan, Perkumpulan, Angkatan Bersenjata.
Menurut Chester l. Barnard. System kedudukan pada
organisasi-organisasi formal timbul karena perbedaan-perbedaan kebutuhan,
kepentingan dan kemampuan individu.
sisitem pembagian kekuasaan
dan wewenang dalam organisasi tersebut dibedakan kedalam dua bagian :
1. System fungsional yang merupakan
pembagian kerja kepada kedudukan yang tingkatnya berdampingan dan harus bekerja
sama dalam kedudukan yang sederajat.
2. System saklar yang merupakan
pembagian kekuasaan menurut tangga kedudukan dari bawah keatas.[5]
D.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stratifikasi Sosial.
a.
Kekayaan. materi atau kebendaan dapat dijadikan ukuran
penempatan anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial yang
ada
b.
kekuasaan dan wewenang. Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling
besar akan menempati lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam
masyarakat yang bersangkutan
c. kehormatan. Orang-orang yang
disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas dari sistem pelapisan
sosial masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat
tradisional, biasanya mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak
jasanya kepada masyarakat,
d. ilmu
pengetahuan. Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota
masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai
ilmu pengetahuan akan menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial
masyarakat yang bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya terdapat
dalam gelar-gelar akademik (kesarjanaan), atau profesi yang disandang oleh
seseorang,[6]
E.
Mobilitas Sosial (Social Mobility) Dan Sifat Stratifikasi Sosial.
Mobilitas sosial
merupakan perubahan status individu atau kelompok dalam stratifikasi sosial
(gerak sosial). Mobilitas dapat terbagi atas mobilitas vertikal dan mobilitas
horizontal. Mobilitas vertikal juga dapat terbagi dua, mobilitas vertikal
intragenerasi, dan mobilitas antar generasi.
·
Gerak
sosial horizontal merupakan peraliha individu dari suatu kelompok sosial ke
kolompok sosial yang lainnya yang sederajat. Contoh : beralih kewarganegaraan.
Gerak
horizontal tidak akan merubah atau tidak ada perubahan pada derajat kedudukan
seseorang.
·
Gerak
sosial vertical merupakan pepindahan individu dari suau kedudukan (kelas
sosial) kedalam kedudukan yang lainya yang tidak sederajat, sesuai dengan
arahnya.
Gerak
sosial vertical terbagi menjadi dua :
1.
Gerak
sosial vertical naik (social-climbing)
2.
Gerak
sosial vertical turun (social-singking).[7]
v Berkaitan dengan mobilitas ini maka
stratifikasi sosial secara umum memiliki dua sifat, yaitu stratifikasi terbuka
dan stratifikasi tertutup.
a.
Stratifikasi sosial terbuka (open
social stratification) adalah sistem
stratifikasi di mana setiap anggota masyarakatnya dapat berpindah-pindah dari
satu strata / tingkatan yang satu ke tingkatan yang lain. Misalnya
seperti tingkat pendidikan, kekayaan, jabatan, kekuasaan dan sebagainya. Seseorang
yang tadinya miskin dan bodoh bisa mengubah penampilan
serta strata sosialnya menjadi lebih tinggi karena berupaya sekuat tenaga untuk
mengubah diri menjadi lebih baik dengan sekolah, kuliah, kursus dan menguasai
banyak keterampilan sehingga dia mendapatkan pekerjaan tingkat tinggi dengan
penghasilan yang tinggi.
b.
Stratifikasi tertutup (closed social
stratification) adalah stratifikasi
di mana tiap-tiap anggota masyarakat tersebut tidak dapat pindah ke strata atau
tingkatan sosial yang lebih tinggi atau lebih rendah. Contoh
stratifikasi sosial tertutup yaitu seperti sistem kasta di India dan Bali.Kesimpulanya
Pada stratifikasi terbuka kemungkinan terjadinya mobilitas social cukup besar, sedangkan pada
stratifikasi tertutup kemungkinan terjadinya mobilitas sosial sangat kecil.[8]
c.
Akan
tetapi kadang juga terdapat stratifikasi
campuran yakni stratifikasi yang terjadi pada masyarakat yang terbagi dalam
kelompok pribumi dengan kelompok non pribumi, dimana percampuran antara pribumu
dan non pribumi sangat terbatas atau bahkan tertutup, akan tetapi mobilitas
sosial pada masing-masing kelompok bias terjadi.[9]
F.
Bentuk-Bentuk Stratifikasi Sosial.
Ada beberapa
macam bentuk stratifikasi sosial yang ada dalamm masyarakat, baik sekarang
maupun masa lampau yakni :
1. System kasta.
Kasa berasal dari bahasa portugis yang berarti pemisah,
menurut lumber (1968) kasta adalah suatu kategori dimana hubungan-hubunganya
dibatasi hanya pada satu statusnya saja dan bersifat permanen.
2. System kelas.
System ini didasarkan pada status sosial yang diperoleh dari
kelahiran ataupun usaha-usaha, dandapat berubah kelas sosialnya.
3. System feodal.
Sitem ini adalah system pembeda status seseorang dengan
orang lain, dan bersifat tertutup karena tidak ada mubilits sosial.
4. System apharteid.
Apharteid berarti pemisah yakni yang memisahkan kulit putih
dengan kulit hitam.[10]
G.
. Pndekatam
Sosiologi (Cara Mempelajari Stratifikasi
Sosial).
Menurut Zarden, di
dalam sosiologi dikenal tiga pendekatan untuk mempelajari stratifikasi sosial,
yaitu;
1.
Pendekatan Objektif
Pendekatan objektif artinya, usaha untuk memilah-milah masyarakat kedalam beberapa lapisan dilakukan menurut ukuran-ukuran yang objektif berupa variable yang mudah diukur secara kuantitatif , contohnya tingkat pendidikan dan perbedaan penghasilan
Pendekatan objektif artinya, usaha untuk memilah-milah masyarakat kedalam beberapa lapisan dilakukan menurut ukuran-ukuran yang objektif berupa variable yang mudah diukur secara kuantitatif , contohnya tingkat pendidikan dan perbedaan penghasilan
2.
Pendekatan
Subjektif
Pendekatan subjektif artinya munculnya pelapisan sosial dalam masyrakat yang dipilih menurut kesadaran subjektif warga itu sendiri, contonya seseorang yang menurut kriteria objektif termasuk miskin, menurut pendekatan subjektif ini bisa saja dianggap tidak miskin, kalau ia sendiri memang merasa bukan termasuk kelompok masyarakat miskin.
Pendekatan subjektif artinya munculnya pelapisan sosial dalam masyrakat yang dipilih menurut kesadaran subjektif warga itu sendiri, contonya seseorang yang menurut kriteria objektif termasuk miskin, menurut pendekatan subjektif ini bisa saja dianggap tidak miskin, kalau ia sendiri memang merasa bukan termasuk kelompok masyarakat miskin.
3.
Pendekatan
Reputasional
Pendekatan reputasional artinya pelapisan social disusun dengan cara subjek penelitian diminta menilai setatus orang lain dengan jalan menempatkan orang lain tersebut ke dalam sekala tertentu. Yakni dengan cara menanyakan.[11]
Pendekatan reputasional artinya pelapisan social disusun dengan cara subjek penelitian diminta menilai setatus orang lain dengan jalan menempatkan orang lain tersebut ke dalam sekala tertentu. Yakni dengan cara menanyakan.[11]
H. Unsur-Unsur Baku Dalam Stratifikasi Sosial.
1.
Kedudukan (status)
Kedudukan
merupakan tempat seseorang dalam suatu pola tertentu, secara umum ada dua macam
kedudukan yakni :
a.
Ascribed status: kedudukan seseorang yang diperoleh dari(sejak) lahir, dan
status ini bersifat tertutup.
b.
Achived status :kedudukan seseorang yang dicapai karena usaha-usaha
seseorang. Bersifat terbuka.
c.
Kadang-kadang
dibedakan satu lagi yakni assigned status
: yakni kedudukan seseorang yang didapat karena pemberian dikarenakan orang
tersebut berjasa (karena prestasi).
2.
Peranan (role)
Peranan
merupakan aspek dinamis dari kedudukan, yaitu seseorang yang melaksanakan
hak-hak dan kewajibanya sesuai dengan kedudukannya. Suatu peranan minimal
mencakup tiga hal berikut ini :
a.
Peranan
meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi/tempat seseorang dalam
masyarakat.
b.
Peranan
merupakan suatu konsep tentang apa yang dilakukan di dalam masyarakat pada
suatu organisasi.
c.
Peranan
juga dapat dikatakan sebagi perilaku individuyang penting bagi struktur
masyarakat.[12]
I.
Fungsi Stratifikasi Sosial Dan Pengaruh
Stratifikasi Bagi Masyarakat.
Stratifikasi sosial
dapat berfungsi sebagai berikut :
a.
|
Distribusi hak-hak
istimewa yang obyektif, seperti menentukan penghasilan, tingkat kekayaan,
keselamatan dan wewenang pada jabatan/pangkat/ kedudukan seseorang.
|
b.
|
Sistem pertanggaan
(tingkatan) pada strata yang diciptakan masyarakat yang menyangkut
prestise dan penghargaan, misalnya pada seseorang yang menerima anugerah
penghargaan/gelar/kebangsawanan, dan sebagainya.
|
c.
|
Kriteria sistem
pertentangan, yaitu apakah didapat melalui kualitas pribadi,
keanggotaan kelompok, kerabat tertentu, kepemilikan, wewenang atau kekuasaan.
|
d.
|
Penentu
lambang-lambang (simbol status) atau kedudukan, seperti tingkah
laku, cara berpakaian dan bentuk rumah.
|
e.
|
Tingkat mudah tidaknya bertukar kedudukan.
|
f.
|
Alat solidaritas
diantara individu-individu atau kelompok, yang menduduki
sistem sosial yang sama dalam masyarakat.[13]
|
g. dapat mejadi motifasi (inspirasi) bagi warga
masyarakat bawah untuk selalu belajar dan bekerja keras agar dapat menduduki
posisi strata yang lebih tinggi.[14]
v Selain berfungsi stratifikasi juga
mempunyai pengaruh terhadap masyarakat yaitu:
a.
Kesehatan. kesehatan pengaruhnya tidak langsung yakni seseorang yang
menduduki stratifikasi bawah akan mendapat pelayanan berbeda dengan kasta atas.
b.
Pendidikan. pendidikan merupakan factor yang mempengaruhi stratifikasi
sosial, seseorang yang dalam kelas menengah atas akan dapat membiayai
pendidikan mereka , dan kelas bawah hanya dapat mengenyam pendidikan dasar,
sehingga yang atas tetap diatas dan yang bawah semakin terpuruk.
c.
Harapan
hidup. Menurut antonovsky,
kedudukan sosial dan ekonomi sosial seseorang mempunyai opengaruh penting bagi
harapan hidupnya, orang yang berkasta atas akan mempunyai harapan hidup lebih
tinggi jika dibanding orang yng kasta bawah.
d.
Keadilan
sosial. Sepertiyang terjadi
sekarang bahwa hokum htajam untuk kalangan bawah dan tumpul untuk kalangan
atas.[15]
BAB III
PENUTUP
v Kesimpulan.
Masyarakat
manusia terdiri dari beragam kelompok-kelompok orang yang ciri-ciri pembedanya
bisa berupa warna kulit, tinggi badan, jenis kelamin, umur, tempat tinggal,
kepercayaan agama atau politik, pendapatan atau pendidikan. Pembeda atau
ketidaksamaan itu dalam ilmu sosiologi dinamakan dengan stratifikasi sosial
(social stratification)
Penyebab
dari adanya stratifikasi sosial adalah Karena Setiap masyarakat mempunyai
sesuatu yang dihargai, bisa berupa kepandaian, kekayaan, kekuasaan, profesi,
keaslian keanggotaan masyarakat dan sebagainya. Selama manusia membeda-bedakan
penghargaan terhadap sesuatu yang dimiliki tersebut, pasti akan menimbulkan
lapisan-lapisan dalam masyarakat.
Secara
teoritis, semua manusia dapat dianggap sederajat. Akan tetapi, sesuai dengan
kenyataan hidup berkelompok-kelompok sosial, Pembedaan atas lapisan merupakan
gejala universal yang merupakan bagian sistem sosial setiap masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
Soekamto,Sarjono.
2010. Sosiologi Suatu Pengantar.
Jakarta : Rajawali Press.
Ahsanudin.
2009. Hayati Modul Sosiologi SMA Kelas XI
Smt 1. Solo : CV. Hayati.
Waluyo.2011. Strategi Sujkses Ujian Nasional SMA (Sosiologi).
Surakarta : PT. Pratama Mitra Aksara.
Setiadi,
Elly M & Kolip Usman. 2011. Pengantar
Sosiologi. Jakarta; Kencana.
(Diakses
Pada Tanggal 8-April-2012)
(Diakses
Pada Tanggal 8-April-2012)
http://id.wikipedia.org/wiki/Stratifikasi_sosial (Diakses Pada
Tanggal 8-April-2012)
[1]
Soerjono,soekamto. Sosiologi suatu pengantar.
Rajawali press. Halaman: 197-198.
[2]
Ahsanudin. hayati Modul sosioliogi SMA kelas XI smt 1. CV. Hayati. Halaman : 17.
[3]
Ibid. halaman : 199-201.
[4]
Ibid. halaman : 17.
[5]
Ibid. halaman : 219.
[7]
Ibid. halaman : 219-220.
[8] http://uliestranger.blogspot.com/2011/04/stratifikasi-sosial.html
[9]
Waluyo. Strategi sukses ujian nasional
(sosiologi). Surakarta. PT.Pratama mitra aksara. Halaman :16
[10]
Ibid. halaman : 21-22.
[12]
Ibid. halaman :209-213.
[13] http://www.e-dukasi.net/index.php?mod=script&cmd=Bahan%20Belajar/Modul%20Online/
[14]
Ibid halaman :14.
[15]
Ibid. halaman : 25-26.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar